Siang terasa lama banget ketika virus pelajaran Bahasa Mandarin menyerang kelas gue. Walaupun pelajarannya nggak enak banget tapi yang bikin gue dan temen gue betah sama itu pelajaran yang bahasanya gue nggak ngerti sama sekali cuman gurunya saja. Bayangkan saja gurunya masih muda dan sexy banget. Nggak salah kalau banyak temen cowok gue yang ngiler dan kalau pas pelajarannya yang diperhatikan nggak pelajarannya tapi malah gurunya. Nggak terasa bel pulang udah bunyi, dan gue nggak sabar kepengen pulang dan langsung tidur sepuasnya karena gara-gara pelajaran Bahasa Mandarin yang super frustrating dan bisa bikin saraf otak gue putus sedikit demi sedikit.

Setelah sampai di rumah pemandangan di kamar gue berubah 100%. nggak tahu knapa tiba-tiba pakaian gue nggak da semua persis kaya gue mau digusur. "Ma!!!! kamar aku knapa?", teriak gue. "Kamar kamu nggak ada apa-apa tuh? biasa aja!", balasnya yang nggak kalah keras. "Bukan itu Mah??? tapi knapa kuk pakaian gue nggak ada semua?", teriak gue lagi yang palingan sebentar lagi mau nangis. "Owh itu, untuk sementara kamar kamu dipakai sama kakak kamu. Kan kakak kamu datang dari Jakarta, dan sementara kamu tidur dulu di kamar di sebelahnya gudang dulu aja.", ucap nyokap gue sambil menyuruh gue membersihkan kamar dekil itu. "Anjrit, knapa hidup gue kok sial terus. Nggak di rumah, nggak di sekolah sama saja!!!", ucap gue yang udah nangis beneran. Sedang asyik-asyiknya bersihin kamar yang hampir mirip loteng itu, tiba-tiba keponakan gue tarik-tarik baju gue "Mas, pinjem HPnya???". Daripada nanti kerjaan gue nggak selesai-selesai, gue berikan HP gue, nggak berapa lama itu anak setan gangguin gue lagi ngajak main internet. "HEH, LOE NGGAK LIAT APA, GUE LAGI SIBUK BERSIHIN INI KAMAR!!!", ucap gue yang udah marah besar dan rasanya itu anak mau gue masukin di dalam gudang. Setelah gue selesai bersihin itu kamar, akhirnya gue bisa tidur dengan tenang. Baru aja tidur 15 menit, nyokap teriak-teriak manggil gue. "Ada apa sih Mah? ngantuk nie!!!", gumam gue dalam keadaan setengah mati. "Kamu itu apa nggak sholat maghrib? liat tuh sekarang jam berapa!!!" ucap nyokap gue. "Shit, ternyata sekarang jam 6 sore!!!" batin gue sambil menuju kamar mandi.

Kemudian pada jam 9 malam kakak gue tanya ke gue "Eh aku minta tolong dong beliin pembalut". "HAH AJI GILE GUE KAN COWOK, MASA DISURUH BELI PEMBALUT!!!", teriak gue kaya sapi yang mau disembelih di hari raya Qurban. "Udah lah ntar kembaliannya ambil saja", berusaha merayu gue. (masih ada aje usaha sogok-menyogok di kalangan keluarga) Mental gue yang tadinya setebal tembok Cina kini hancur juga cuman gara-gara uang sogokan. "Emang itu pembalut buat siapa?", tanya gue keheranan. "Itu buat keponakan kamu yang lagi hari pertama.", timpalnya ke gue. setelah itu gue berinisiatif ngerjain itu anak, lalu gue ambil selembaran yang ada di bawahnya tempat kacamata gue. (bentuknya itu mirip banget sama roti jepang tapi lebih tipis) "Hey, gue punya nie pembalut yang loe cari?", ucap gue sambil nunjukin itu barang. "Mas, jadi pake pembalut juga ya? Mas kan cowok kok pake pembalut", tanyanya keheranan. "Waduh gue kok malah yang dikerjain gini", batin gue. Gue lalu pergi menuju ke supermarket untuk beli itu roti jepang yang kalau dimakan pasti rasanya aneh banget. Setelah sampai disana dan ketika gue sedang ambil pembalut, nggak gue sangka ternyata gue ketemu temen cewek gue sekelas. "Lho yu, loe beli apa disini?", tanyanya dia. "Ini lagi beli kebutuhan...", jawab gue kikuk. "APA, jadi kebutuhan loe itu roti jepang ini?", ucapnya yang sedikit shock ketika lihat gue sedang bawa pembalut. "Ini pembalut buat keponakan gue bego!!!", bantah gue. Lalu setelah pilih-pilih pembalut yang cocok, akhirnya saatnya pembayaran di kasir. Waktu gue mau bayar, tiba-tiba semua kasir di supermarket ngliatin gue dengan sinis. "Mbak kok senyum sendiri?", tanya gue setengah bego. " Mas, lucu ya? masa cowok beli pembalut. jarang-jarang lho ada cowok beli pembalut.", kata kasir yang keheranan. "Mbak, ini pembalut untuk keponakan gue??? Udah deh jangan banyak tanya ntar nggak gu ebayar lho?", jawab gue sewot. "Iya-iya, tapi sikap Mas persis kaya lagi Dapet deh?", balasnya. "Iya, gue lagi Dapet Duren!!!!", bentak gue yang sedikit lagi otak gue mau meledak.

Setelah dua jam gue perang mulut sama kasir cuman gara-gara pembalut aja, akhirnya gue bisa pulang dengan bebas tanpa malu kalau gue sedang beli pembalut. Pada pagi harinya di kelas gue mendapat julukan baru "Bencong Welcome". "Oh my god, apa gara-gara si mulut sumur temen gue yang tadi malam ketemu gue waktu gue beli pembalut itu", gumam gue. Nggak henti-hentinya mereka suka sekali sama itu kata-kata, waktu gue mau ke WC tiba-tiba ada temen cewek gue ngajak gue ke WC Cewek aja. "GILA LOE SEMUA!!! CUMAN GARA-GARA PEMBALUT SIALAN ITU LOE UDAH BERANI IKUT CAMPUR KEPRIBADIAN GUE!!!", bentak gue yang udah marah besar. Serentak mereka terdiam satu bahasa ketika melihat gue marah. Waktu bel pulang sekolah, gue kepengen cepetan pulang dan mau mandi karena kepala gue panas banget. Kemudian setelah sampai di rumah gue berlari di kamar mandi, ketika sudah selesai mandi gue cari-cari handuk kesayangan gue. Gue cari-cari kemana-mana nggak ada yang ada cuman handuk berwarna kuning ntah itu punya siapa. Waktu gue pakai itu handuk kok rasanya aneh banget. Rasanya bau banget, ketika gue lihat di handuk itu ada kaya bercak darah. Kemudian gue terdiam sambil mikirin itu semua apa yang terjadi. Akhirnya gue baru ingat kalau keponakan gue lagi dapet dan handuk yang gue pakai itu handuk keponakan gue. Sial sekali nasib gue, mungkin itu semua kutukan dari pembalut yang gue beli tadi malam.