"Earth Hour", Matikan Lampu untuk Solidaritas Kita terhadap Saudara Kita yang Belum Dapat Menikmati Listrik


Besok di hari Sabtu yang bertepatan dengan tanggal 26 Maret nanti dan merupakan hari Earth Hour. Kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran penduduk bumi akan perubahan iklim yang sedang terjadi. Acara yang dimulai sejak tahun 2007 ini, dilakukan dengan cara memadamkan seluruh peralatan listrik yang tidak perlu di setiap rumah dan perkantoran. Pemadaman ini hanya satu jam. Satu jam yang bermanfaat bagi bumi yang sudah lelah bernafas dengan karbon dioksida yang dilepaskan oleh tenaga listrik.


Kegiatan yang pada awalnya diselenggarakan hanya di Sydney, lewat prakarsa World Wildlife Fund (WWF) dan media yang belum lama ini menyinggung SBY, The Sydney Morning Herald, mulai banyak menyadarkan dunia betapa pentingnya kesehatan bumi bagi manusia. Semenjak itu, partisipan mulai banyak dari berbagai negara. Tahun ini menargetkan sebanyak 126 negara dengan estimasi tiga milyar penduduk bumi akan ikut turut serta.

Tepat di Earth Hour kita bisa menjadi sadar akan beruntungnya kita bisa menikmati listrik sedangkan saudara kita yang dipelosok ada yang belum menikmati pasokan listrik dari pemerintah. Dari hal tersebut menggugah hati saya untuk menghemat listrik dengan mematikan lampu jika sedang tidak terpakai dan saat tidur malam.

Namun, banyak juga yang memandang kegiatan Earth Hour adalah sesuatu yang percuma. Ada yang alasannya ilmiah, ada juga yang sifatnya nalar saja. Ilmiahnya, ketika dalam keadaan gelap otomatis penduduk bumi akan mencari alternatif pengganti bohlam lampu. Bagi mereka yang punya, mungkin akan menggunakan lampu saver energy. Sehingga, lampu yang sudah menyimpan cadangan listrik ketika terang, bisa digunakan tanpa listrik ketika sedang dibutuhkan.

Tapi, bagaimana bagi mereka yang tidak punya itu. Tentu mereka akan menggunakan alat lainnya, yakni lilin atau petromaks. Disinilah ironinya. Earth Hour yang bertujuan mengurangi pelepasan gas karbon dioksida ke udara menjadi malfungsi karena lilin atau petromaks jelas lebih berbahaya dari bohlam lampu. Bukannya mengurangi emisi karbon dioksida, justru makin menambah emisi karbon dioksida yang ada di udara.

Terlepas dari pro kontra adanya Earth Hour, sudah selaiknya kita sebagai penduduk bumi sadar akan bahaya pemanasan global. Ibaratnya, Earth Hour hanya sebagai sebuah peringatan atau perayaan setiap tahunnya. Persis seperti ulang tahun. Fungsinya mengingatkan kita tiap tahun bahwa harus ada upaya lebih agar bumi tetap sehat. Memang tidak ada yang berubah hanya dalam waktu satu jam saja.

Karena event Earth Hour ini mengajak kita rehat sejenak. Menggugah rasa solidaritas pada sesama penduduk Indonesia yang belum dapat menikmati listrik. Menggugah kepedulian bahwa sumberdaya penghasil energy yang kita nikmati sekarang dan sanggup kita hemat dapat menjadi warisan generasi berikutnya. Menggugah kesadaran, betapa indahnya keheningan hidup tanpa peralatan elektronik. Sekaligus menggugah kesadaraan akan kenyataan bahwa sebenarnya kita bisa hidup tanpa ketergantungan pada listrik. Tapi, diharapkan dengan adanya Earth Hour kepedulian kita dengan kesehatan bumi semakin tinggi.

Jika bukan kita, siapa lagi yang mau peduli, bukan ?

2 komentar:

Naziim ganteng mengatakan...

woceee tapi mo beli oblik duluu
:linux2:

d345y_Ndut mengatakan...

ok bos,saya akan coba ikutin program ini,supaya bumi kita bs lestari

Posting Komentar

Visitors

Banner